Minggu, 28 Agustus 2016

Masihkah media cetak mampu bertahan?

 Minggu, 28 Agustus 2016 

Pertanyaan tersebut sepertinya bukanlah pertanyaan yang asing atau jarang didengar saat ini, bahkan mungkin pertanyaan tersebut menurut saya timbul dari keresahan para orang-orang yang menjadi pemerhati dan pengguna media cetak khususnya. Masihkah media cetak mampu bertahan? Khususnya untuk 10-20 tahun kedepan? Saya memilih untuk menjawab tidak. Tentu jawaban ini bukan tanpa alasan. Pertama, media cetak semakin susah untuk menjadi media yang mudah dikonsumsi, maksudnya disini, saya sebagai seorang mahasiswi yang butuh akan informasi yang update atau terbaru dengan cepat, merasa direpotkan jika harus membeli terlebih dahulu media cetak yang berisi informasi yang ingin saya baca. Belum lagi dengan semakin minimnya orang atau pedagang yang berjualan media cetak yang dulu nya sangat mudah kita temui di pinggir-pinggir jalan.  Hal lain yang juga menjadi pertimbangan adalah, setelah saya membeli media cetak tersebut, seperti Koran, Koran tersebut hanya akan menjadi sampah setelahnya. Alasan kedua, karna saat ini, semua sudah menjadi serba digital, serba online. Masyarakat dipermudah dengan adanya perkembangan teknologi. Mereka bisa dengan mudah mengakses informasi hanya dengan mengetik apa yang ingin mereka ketahui disebuah alat canggih yang disebut smartphone.  Tidak perlu susah-susah mecari Koran setiap pagi mereka sudah mendapatkan informasi itu dengan mudah di gadget mereka. Mereka bisa mengaksesnya kapanpun dan dimanapun. Bahkan anak kecil mungkin tidak mengenal lagi Koran itu apa, majalah itu apa, karna mereka sejak usia yang sangat dini sudah dikenalkan dengan gadget dan smartphone dan perangkat-perangkat teknologi lainnya. Alasan ketiga adalah, media cetak adalah media yang menggunakan banyak sekali kertas dalam setiap produksinya dan saya akan sangat lega jika media cetak tidak lagi ada karna pohon-pohon tidak perlu ditebang untuk pembuatan kertas yang akan digunakan sebagai bahan baku dalam mencetak media cetak tersebut.
Sisi lain yang bisa dijadikan alasan agar media cetak dipertahankan menurut saya adalah media cetak, bagi sebagian orang atau banyak orang termasuk saya merupakan media yang sangat bisa dipercaya. Artinya disini media cetak dianggap sebagai media yang akurat. Apapun yang dimuat dalam media cetak tersebut bisa dipertanggungjawabkan karna proses yang dilalui media cetak ini sangatlah panjang dan ini menjadikan apa yang dimuatnya menjadi sangat akurat dan minim kesalahan. Tetapi kembali lagi pada alasan yang saya kemukan sebelumnya. Orang-orang tidak ingin dipersulit hanya untuk mendapatkan informasi. Jadi sebagian orang bahkan tidak peduli apakah informasi itu akurat, dapat dipercaya dan memang sebenarnya terjadi. Mereka hanya akan membacanya dan kemudian melupakannya, dan jika mereka peduli dengan apa yang dibacannya mereka akan membaginya dengan orang lain.

Masalah yang dihadapi sudah sangat jelas disini, menurut saya media cetak sulit untuk bertahan dengan kondisi-kondisi yang saya kemukakan sebelumnya. Solusi yang saya rasa rasional dengan keadaan ini adalah media cetak harus berusaha keras mempertahankan keakuratan mereka dalam penyampaian informasi. Media cetak juga diharapkan bisa lebih cepat dalam menyebarkan informasi, agar informasi yang diterima pembacanya bukanlah informasi yang basi. Solusi lainnya adalah menggalakan kembali budaya membaca kepada anak-anak. Jika dulu saya, anak generasi 90an diberi tugas mengumpulkan klipping dari Koran-koran bekas. Saya rasa metode ini juga bisa digunakan saat ini untuk mengenalkan anak-anak pada Koran atau media cetak khususnya.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar